Ilustrasi mobil yang dipakai Novi Amalia dan Afriani Susanti setelah mengalami kecelakaan
Defensive driving adalah perilaku mengemudi yang memungkinkan
pengendara terhindar dari masalah, baik yang disebabkan oleh orang lain
atau diri kita sendiri. Lebih merupakan pendekatan intelektual tentang
bagaimana cara mengemudi dengan aman, benar, efisien dan bertanggung
jawab (behaviour based driving).
Menurut Indonesia Defensive
Driving Center (IDDC), pengaruh lingkungan sosial mengambil peran
penting dari peristiwa kecelakaan lalu lintas, seperti alkohol dan
obat-obatan. Tentu masih ingat kasus pengemudi teler Novi Amalia dan
Afriani Susanti yang melibas banyak orang di jalan.
Pengaruh alkohol dan obat-obatan sangat kuat. Pemakaiannya akan memperlambat proses berpikir kita sehingga perlu waktu lebih lama untuk bereaksi. Menimbulkan cara berpikir yang salah hingga mempengaruhi persepsi jarak, kecepatan serta mengurangi koordinasi, menuju pada kecelakaan yang seharusnya bisa dihindari.
Alkohol akan langsung mempengaruhi
pemakainya, dan efeknya akan hilang dalam waktu yang relatif lama.
Tidak ada ukuran pasti berapa gelas minuman agar kita bisa mengemudi
dengan aman.
Kemampuan manusia untuk menyerap alkohol dalam tubuh
berbeda, tergantung jenis kelamin, berat, sistem metabolisme tubuh,
jenis minumannya dan makanan yang dimakan sebelumnya.
Alkohol (Bir,Wine,Cocktail, dan sejenisnya) menyebabkan perubahan koordinasi pikiran, pengelihatan dan refleks, kehilangan kemampuan berpikir secara jernih dan mengurangi kemampuan bereaksi.
Sementara obat-obatan,
misal depressants (alkohol, pil tidur) melemahkan koordinasi sistem
susunan syaraf pusat. Pada stimulants (amphetamines, shabu-shabu)
merangsang atau menstimulasi sistem susunan syaraf pusat.
Selanjutnya
hallucinogens (marijuana, LSD, hashish) dapat merubah persepsi otak,
dan narcotics (reroin, Cocaine, morphine, putauw) dapat melemahkan
syaraf reaksi secara kuat.
Gangguan lain dalam berkendara juga
harus diperhatikan oleh para pengemudi. IDDC menjelaskan, banyak hal
yang harus diperhatikan saat berkendara. Pengemudi harus memperhatikan
sekitar kendaraan. Pengemudi harus memastikan pengguna jalan lain
mengetahui keberadaan kita dan apa yang akan kita lakukan.
Pengemudi
harus tetap menyesuaikan kecepatan dan posisi kendaraan selama
mengemudi. Selalu siap dengan adanya hal yang tidak terduga yang mungkin
membahayakan. Dalam mengemudi terdapat dua jenis gangguan, yakni
internal dan eksternal.
Merokok saat mengemudi dianggap sebagai
gangguan karena dapat memecah konsentrasi. Mengemudi sambil merokok
berarti menempatkan Anda dan penumpang dalam kondisi bahaya karena
konsentrasi terganggu. Untuk alasan yang sama, jangan makan dan minum
sambil mengemudi. Penggunaan ponsel juga disarankan tidak dilakukan
saat mengemudi, sekalipun memakai handsfree. Pemakaian ponsel ketika
berkendara di beberapa negara dilarang. Menggunakan HP sambil mengemudi
akan menyumbangkan satu dari setiap empat kecelakaan mobil.
Menurut
data statistik internasional terjadi 1,5 juta kecelakaan setiap
tahunnya, atau lebih dari 4.000 kecelakaan setiap harinya.
Penelitian
Internasional menunjukkan bahwa menggunakan handphone saat mengemudi
lebih berbahaya dibandingkan dengan pengaruh alkohol. Bahaya ponsel
bukan pada cara kita menggunakannya, tetapi lebih pada topik pembicaraan
atau apa yang sedang kita bicarakan saat itu.
Penelitian
Internasional juga membuktikan hands-free sama bahayanya karena
konsentrasi kita yang terpecah. Perlu diingat, membiarkan konsentrasi
kita terganggu saat mengemudikan kendaraan dapat menyebabkan celaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong Komentar Yang Berhubungan dengan Artikel yang ada ..
Terima Kasih ..